Saturday, May 27, 2017

Ketika Janji Allah Kepada Orang yang Menikah Dipertanyakan

Ketika Janji Allah Kepada Orang yang Menikah Dipertanyakan

Baca Juga


Sebenarnya timbulnya pertanyaan ini bukan dikarenakan saya meragukan akan janji-janji Allah swt. kepada setiap hamba-hamba-Nya. Melainkan saya hanya ingin meminta alasan yang cukup masuk akal, mengenai ayat yang berisi janji Allah swt. bagi setiap orang yang menikah dengan dilimpahkan rizkinya. Lalu bagaimana jika seandainya fakta yang terjadi seakan-akan malah sebaliknya. Sekali lagi saya bertanya  seperti ini bukan berarti saya ragu. Sebab saya yakin Allah swt. tidak pernah mengingkari janji-janji-Nya.

Pertanyaan:
Tolong jelaskan. Bagaimana sebanarnya maksud ayat yang berisi janji kepada orang yang menikah ?

Jawaban:
Dalam surat an-Nur Allah swt. memang telah berfirman
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian  diantara kamu, dan orang-orang yang layak  dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah swt. akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas  lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32)

Surat di atas, Allah swt. telah berjanji kepada hambanya yang telah menikah akan dilapangkan rizkinya. Namun jika ternyata ada seorang yang telah menikah akan tetapi keadaan ekonominya tetap seperti sebelum menikah.

Apakah berati Allah swt. telah mengingkari janji-Nya. Jawabannya tentu saja tidak. Sebab, Allah swt. tidak akan pernah mengingkari janji-janjinya. Sebagaimana firmannya:
وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Janji yang sebenarnya dari Allah. Allah  SWT. tidak akan menyalahi janj-iNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum : 06)

Adapun maksud ayat yang berbunyi “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karurnia-Nya”. Maka, seperti yang ditemukan temukan dalam beberapa kitab tafsir, ternyata ulama beda pandangan dalam menginterpretasi ayat di atas.

Seperti halnya, al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ul li Ahkam Al-Qur’an. Beliau menulis beberapa kemungkinan mengenai arti Al-Ghina (kaya). Diantaranya,

Pertama: Kaya dengan arti sesungguhnya meskipun tidak selamanya.

Kedua: Kaya dengan artian dianugerahkannya keadaan jiwa yang tenang bagi seorang yang menikah. Hal itu sejalan dengan sabda nabi:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya bukan di karena banyaknya harta, akan tetapi kaya ialah kayanya jiwa” (HR. Muslim)

Ketiga: Kaya dengan arti dilapangkan rizkinya, namun hal itu masih ditangguhkan terhadap kehendak Allah.

Keempat: Kaya dengan arti diberikanya pasangan yang halal sehingga terpelihara dari perbuatan zina.

Dalam Tafsir Rawai’ Al-Bayan ketika membahas masalah At-Targhib Fi Az- Zawaj Wa At-tahdzir ‘Ala Al-Bigha’ Ali As-Shabuni pun kelihatannya lebih condong terhadap penafsiran yang ketiga, yaitu dengan dilapangkannya rizkinya bagi seorang yang menikah.

Menurut Ali As-Shobuni ayat ini turun sebagai motivasi kepada seorang yang takut menikah dikarenakan tidak mampu secara finansial. Sebab asumsi yang berlaku, adanya keluarga sangat mempengaruhi terhadap status ekonominya seorang.

Sehingga ayat ini seakan-akan ingin membantah asumsi tersebut. Namun, jika ternyata ada seorang yang menikah dan keadaanya tetap miskin atau malah tambah miskin.

Maka menurutnya itu bukan berarti Allah telah mengingkari janjinya. Sebab janji itu masih ditangguhkan terhadap “kehendak” Allah swt.. Itu terbukti dari adanya ayat lain yang berbunyi:
فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ اِنْ شَاء

“Maka Allah SWT. nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki.” (QS. at-Taubah : 28).

Ali As-Shobuni juga berpendapat ayat yang berisi janji tersebut, oleh Allah di tutup dengan kata-kata Wallahu waa si’un ‘alim, bukan Wallahu waa si’un karim yang mengindikasikan bahwasanya Allah mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.

Sebab dalam masalah rizki, hanya Allahlah yang mempunyai hak otoritas untuk menentukan banyak sedikitnya.

الجامع لأحكام القرآن  ج 2 ص 241

السادسة : قوله تعالى : {إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ} رجع الكلام إلى الأحرار ؛ أي لا تمتنعوا عن التزويج بسبب فقر الرجل والمرأة ؛ {إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ}. وهذا وعد بالغنى للمتزوجين طلب رضا الله واعتصاما من معاصيه. وقال ابن مسعود : التمسوا الغنى في النكاح ؛ وتلا هذه الآية. وقال عمر رضي الله عنه : عجبي ممن لا يطلب الغني في النكاح ، وقد قال الله تعالى : {إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ}. وروي هذا المعنى عن ابن عباس رضي الله عنهما أيضا. ومن حديث أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : “ثلاثة كلهم حق على الله عونه المجاهد في سبيل الله والناكح يريد العفاف والمكاتب يريد الأداء”. أخرجه ابن ماجه في سننه. فإن قيل : فقد نجد الناكح لا يستغني ؛ قلنا : لا يلزم أن يكون هذا على الدوام ، بل لو كان في لحظة واحدة لصدق الوعد. وقد قيل : يغنيه ؛ أي يغني النفس. وفي الصحيح ” ليس الغنى عن كثرة العرض إنما الغنى غنى النفس”. وقد قيل : ليس وعد لا يقع فيه خلف ، بل المعنى أن المال غاد ورائح ، فارجوا الغنى. وقيل : المعنى يغنهم الله من فضله إن شاء ؛ كقوله تعالى :{فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ} [الأنعام : 41] ، وقال تعالى : {يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ} [الشورى : 12]. وقيل : المعنى إن يكونوا فقراء إلى النكاح يغنهم الله بالحلال ليتعففوا عن الزنى.

(تفسير الآية الأحكام ج 2 ص 131 )

اللطيفة الثانية : قوله تعالى {إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ} (النور:32) في هذه الآية وعد من الله تعالى بإغناء من سلك طريق الزواج وقصد اعفاف نفسه به وقد نقل عن عدد من الصحابة أنهم فهموا ذلك حتى قال ” اطيعوا الله فيما امركم به من النكاح ينجزلكم ماوعدكم من الغنى” وعن عمر وابن عباس : التمسوا الرزق بالنكاح. فإن قيل : نحن نرى كثيرا من الفقرآء بتزوجون ويستمر فقرهم ولا يستغنون ونرى من كان غنيا فيتزوج يصبح فقيرا ؟

فالجواب : أن هذا الوعد مشروط بالمشيئة كما في قوله تعالى  {فسوف يغنيكم الله من فضله ان شاء} (التوبة:28) ومما يدل على اضماره ان الله تعالى ختم الأية بقوله { والله واسع عليم } (النور:32) ولم يقل  { واسع كريم } وهذه يفيد أنه تعالى يعلم مصلحة عباده فيبسط لمن يشاء ويقدر لمن يشاء حسب الحكمة والمصلحة. وقد ورد ” ان من عبادي من لا يصلحه إلا الفقر ولو أغنيته لفسد حاله” . وحكمة هذ الربط بين الغنى والنكاح انه قد يخيل الى بعض الناس أن الأولآد والذرية سبب الفقر حتما وان عدمهم سبب لكثر المال جزما فأريد قلع هذه الخيال من الاوهام  بأن الله تعالى قادر على إغناء العبد مع كثرة عياله , وافقاره ولو كان عزبا في داره  ولا اثر للزواج في فقر الإنسان و للعزوبة في غناه فالله هو الرزاق ذوالقوة المتين وصدق الله : {ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث  يحتسب} (الطلاق:2).

Sumber: http://islamidia.com/ketika-janji-allah-kepada-orang-yang-menikah-dipertanyakan/

loading...

Related Posts

Ketika Janji Allah Kepada Orang yang Menikah Dipertanyakan
4/ 5
Oleh