Mati adalah wajib. Sebuah hukum pasti. Kalau kita hidup hanya untuk mati, untuk apa hidup? Kalau ada yang bertanya seperti itu. Mungkin ini kira kira jawabannya. Kematian menjadi bahan instrospeksi buat kita semua bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali Allah.
Kematian mengajarkan kita bahwa hidup kita ini seperti abu kecil. Sangat ringan. Dan sangat rapuh. Bahkan abu itu sendiri tidak mampu menahan dirinya sendiri untuk tidak dihembuskan angin.
Artinya apa, kalau kita menganggap kita bisa mengatur diri kita sendiri dan tidak menganggap ada Tuhan dibalik kehidupan kita itu salah besar. Dibalik semua ini ada yang Maha Mengatur.
Pertanyaan lain adalah untuk apa juga hidup kalau ada yang mengatur? Nah disini butuh sebuah pemahaman spiritual anda bahwa hidup yang diatur oleh Maha Pengatur lebih baik hidup tanpa ada yang mengatur.
Analogynya seperti ini, anak sering memberontak ketika orang tuanya mengatur mereka. Orang tua mengatur karena mereka tahu dan sudah banyak pengalaman hidup. Sedangkan anak sendiri tidak tahu. Yang dilakukan orang tua adalah baik untuk sianak kedepan.
Nah jelas sekali sekarang ketika Allah mengatur kehidupan kita, berarti Allah sudah tahu mana yang terbaik untuk kita. Jangan sok ngatur Allah lah. Jangan pernah mendikte Allah dengan keinginan kita seolah olah Allah tidak tahu kebutuhan kita.
Kembali kepada kematian. Kalau hidup kita dibayang-bayangi oleh kematian untuk apa uang segudang kalau kita hanya membutuhkan 10 ribu untuk membeli kain kafan.
Untuk apa keluarga yang baik dengan anak anak yang lucu kalau kita nantinya akan meninggalkan mereka. Untuk apa segala jabatan dengan relasi sana sini tapi yang kita bawa hanya secuil amalan yang menyelamatkan.
Semua perbuatan kita akan bernilai kosong kalau semua kegiatan kita tidak kita kaitkan dengan” ibadah” kepada Allah. Mencari uang dengan tujuan bersenang. Mencari jabatan untuk mendapatkan uang banyak. Mencari istri yang cantik supaya mau dipuji. Nah itu artinya kita melakukan sesuatu hal yang sia sia.
Kematian menghilangkan semua angan angan kosong kita. Apa yang kita bawa adalah sebuah amal yang menyelamatkan kita. Mengapa kita sering kesal ketika melihat orang berjabatan besar.
Tidak perlu iri ataupun kesal melihat mereka. Mereka tidak membawa jabatan kok ke alam kubur. Mereka tidak membawa uang kok kedalam kubur. Sekaya kaya atau sehebat-hebatnya Anda yang Anda bawa hanya kain murah bewarna putih. Dan itu akan busuk juga nantinya beriring waktu.
Berbahagialah ketika anda sudah mendapatkan iman. Menjaga dan mengikatkannya dengan ibadah ibadah lainnya. Allah maha adil kok walaupun kita sering tidak merasa itu.
Allah sama sekali tidak melihat hambanya dengan apa yang dipunya kecuali amal. Amal sendiri juga bukan hal gampang untuk didapatkan. Tapi, semua hal bisa jadi amal untuk kita. Cuma masalah mau ataupun tidak saja.
Meninggalnya ibu 7 tahun lalu adalah mengingatkan saya dan kita semua bahwa apakah kita sudah siap dengan kejadian yang maha dasyat ini? Jangan menunggu waktu siap.
Karena kematian tidak pernah menunggu kita. Setiap detik adalah persiapan kita menuju kematian. Siapa yang bisa menjamin Anda sekarang ini akan masih hidup untuk besok.
Memang dunia ini adalah sebesar besarnya penipu. Kita sering ditipu oleh angan
Kematian mengajarkan kita bahwa hidup kita ini seperti abu kecil. Sangat ringan. Dan sangat rapuh. Bahkan abu itu sendiri tidak mampu menahan dirinya sendiri untuk tidak dihembuskan angin.
Artinya apa, kalau kita menganggap kita bisa mengatur diri kita sendiri dan tidak menganggap ada Tuhan dibalik kehidupan kita itu salah besar. Dibalik semua ini ada yang Maha Mengatur.
Pertanyaan lain adalah untuk apa juga hidup kalau ada yang mengatur? Nah disini butuh sebuah pemahaman spiritual anda bahwa hidup yang diatur oleh Maha Pengatur lebih baik hidup tanpa ada yang mengatur.
Analogynya seperti ini, anak sering memberontak ketika orang tuanya mengatur mereka. Orang tua mengatur karena mereka tahu dan sudah banyak pengalaman hidup. Sedangkan anak sendiri tidak tahu. Yang dilakukan orang tua adalah baik untuk sianak kedepan.
Nah jelas sekali sekarang ketika Allah mengatur kehidupan kita, berarti Allah sudah tahu mana yang terbaik untuk kita. Jangan sok ngatur Allah lah. Jangan pernah mendikte Allah dengan keinginan kita seolah olah Allah tidak tahu kebutuhan kita.
Kembali kepada kematian. Kalau hidup kita dibayang-bayangi oleh kematian untuk apa uang segudang kalau kita hanya membutuhkan 10 ribu untuk membeli kain kafan.
Untuk apa keluarga yang baik dengan anak anak yang lucu kalau kita nantinya akan meninggalkan mereka. Untuk apa segala jabatan dengan relasi sana sini tapi yang kita bawa hanya secuil amalan yang menyelamatkan.
Semua perbuatan kita akan bernilai kosong kalau semua kegiatan kita tidak kita kaitkan dengan” ibadah” kepada Allah. Mencari uang dengan tujuan bersenang. Mencari jabatan untuk mendapatkan uang banyak. Mencari istri yang cantik supaya mau dipuji. Nah itu artinya kita melakukan sesuatu hal yang sia sia.
Kematian menghilangkan semua angan angan kosong kita. Apa yang kita bawa adalah sebuah amal yang menyelamatkan kita. Mengapa kita sering kesal ketika melihat orang berjabatan besar.
Tidak perlu iri ataupun kesal melihat mereka. Mereka tidak membawa jabatan kok ke alam kubur. Mereka tidak membawa uang kok kedalam kubur. Sekaya kaya atau sehebat-hebatnya Anda yang Anda bawa hanya kain murah bewarna putih. Dan itu akan busuk juga nantinya beriring waktu.
Berbahagialah ketika anda sudah mendapatkan iman. Menjaga dan mengikatkannya dengan ibadah ibadah lainnya. Allah maha adil kok walaupun kita sering tidak merasa itu.
Allah sama sekali tidak melihat hambanya dengan apa yang dipunya kecuali amal. Amal sendiri juga bukan hal gampang untuk didapatkan. Tapi, semua hal bisa jadi amal untuk kita. Cuma masalah mau ataupun tidak saja.
Meninggalnya ibu 7 tahun lalu adalah mengingatkan saya dan kita semua bahwa apakah kita sudah siap dengan kejadian yang maha dasyat ini? Jangan menunggu waktu siap.
Karena kematian tidak pernah menunggu kita. Setiap detik adalah persiapan kita menuju kematian. Siapa yang bisa menjamin Anda sekarang ini akan masih hidup untuk besok.
Memang dunia ini adalah sebesar besarnya penipu. Kita sering ditipu oleh angan
angan kosong yang dunia janjikan kepada kita. Tidak ada yang abadikan ceritanya. Begitu juga dunia ini. Kita harus mencari dan menuju sesuatu yang abadi yang bisa menolong kita nantinya.
Jadi jangan pernah sombong kalau kita akhirnya akan mati juga.
Sumber: Kita Hanya Menunggu Waktu Saja: Refleksi tentang Kematian
Jadi jangan pernah sombong kalau kita akhirnya akan mati juga.
Sumber: Kita Hanya Menunggu Waktu Saja: Refleksi tentang Kematian
Baca Juga
- Mengenal Jenis KB yang Bikin Gemuk
- Kendalikan Kadar Gula Darah dengan Stevia
- Begini Cara Malaikat Maut Mencabut Nyawa Manusia di Timur dan di Barat dalam Waktu Bersamaan
- Cerita ini akan membuat Anda Malu Jika Pernah Bertengkar atau Memarahi Ibumu
- Pakar Asia Tengah: Rusia Menjadi Negara Islam di Tahun 2050
- 5 Peringkat Kesempurnaan Sholat
- Dekat-dekat Adzan Subuh Adalah Waktu Terbaik Makan Sahur
- Waspada, Ini Bahaya Langsung Merokok Saat Buka Puasa
- Bahaya Vertigo yang Perlu Anda Ketahui
loading...
Kita Hanya Menunggu Waktu Saja: Refleksi tentang Kematian
4/
5
Oleh
Unknown